Minggu, 22 Januari 2017

Asal mula hijab

Asal Mula Hijab

Jilbab sudah dikenal sejak dulu. Di beberapa negara Islam, pakaian sejenis jilbab dikenal dalam banyak istilah, seperti chador di Iran, pardeh di India dan Pakistan, milayat di Libya, abaya di Irak, charshaf di Turki, dan hijâb di beberapa negara Arab-Afrika seperti di Mesir, Sudan, dan Yaman. Terlepas dari istilah yang digunakan, sebenarnya konsep berjilbab memang milik semua agama. Misalnya dalam kitab Taurat, kitab suci agama Yahudi, dikenal beberapa istilah yang semakna dengan hijâb seperti tif’eret. Demikian pula dalam kitab Injil yang merupakan kitab suci agama Nasrani (Kristen dan Katolik) diistilahkan dengan zammah, re’alah, zaif dan mitpahat.

Jilbab/Hijab/Kerudung
Sejarah dan Perkembangan Kerudung/Hijab/Jilbab
Menurut Eipstein, seperti dikutip Ust. Nasaruddin Umar dalam tulisannya, "Hijâb sudah dikenal sebelum adanya agama-agama Samawi (Yahudi dan Nasrani / Kristen)" jilbab sudah menjadi wacana dalam Code Bilalama (3.000 SM), kemudian berlanjut di dalam Code Hammurabi (2.000 SM) dan Code Asyiria (1.500 SM). Ketentuan penggunaan jilbab bahkan sudah dikenal di beberapa kota tua seperti Mesopotamia, Babilonia, dan Asyiria.

Dengan demikian sejarah mencatat bahwa jilbab sendiri merupakan bagian dari busana yang dianjurkan atau dikenalkan atau di wajibkan atau menjadi identitas dari agama-agama besar di dunia. Dapat disimpulkan bahwa jilbab/Hijaab muncul dari lingkungan keagamaan dan menjadi tradisi kehormatan di lingkungan terhormat (kerajaan, biara, ordo, tempat ibadah, dsb). Bila membandingkan dengan sejarah rok mini, jelas jilbab lahir dari semangat dan miliu yang berbeda.
Jilbab/Hijab/Kerudung awalnya adalah sebuah benda yang kemunculanya akibat dari dorongan syaraiat, artinya munculnya ide budaya materiJilbab/Hijab/Kerudung  adalah berasal dari hukum Alloh yang jelas, sudah diberi definisi dan ketentuan apa yang dimaksud, dan dalam kadar seperti apa sesuatu bisa disebut sebagai sebuah Jilbab/Hijab/Kerudung (Al ~ Qur’an surat An – Nur (24): 31). Sehingga manusia tinggal memahami kemudian mewujudkanya. Dalam konteks ini, penulis menafsirkan awalnya Jilbab/Hijab/Kerudung  masih sebatas sebagai fungsi teknis, artinya baru sebatas sebagai sebuah benda yang memiliki fungsi untuk menutupi bagian tubuh yang dilarang untuk dilihat oleh orang lain, untuk menghindari maksiat bagi yang melihat( Al ~ Qur’an surat Al – Ahzab (33): 59). Kemudian fungsi Jilbab/Hijab/Kerudung tidak hanya sebatas sebagai fungsi teknis saja. Karena dalil tidak sebatas itu dalam memerintah, akan tetapi Jilbab/Hijab/Kerudung juga sebagai sebuah identitas bagi si pemakainya. akibatnya masyarakat Arap yang memakai Jilbab/Hijab/Kerudung sesuai syariat memiliki identitas sosial baru, yaitu sebagai seorang wanita muslim yang dihormati dan lelaki segan dan tidak menggangu, demikianlah catatan sejarah berkata. Sehingga jika Jilbab/Hijab/Kerudung dikaitkan sebagai sebuah identitas sosial kaitanya dengan keagamaan, maka pembacaan Jilbab/Hijab/Kerudung berkembang lagi, tidak hanya sebatas teknofak, dan sosiofak akan tetapi fungsi ideofak otomatis juga melekat karena Jilbab/Hijab/Kerudung adalah bagian dari syariat agama islam, yang tak lain islam sebagai sebuah ideologi bagi sebagaian manusia dimuka bumi ini.

Sebagai mode, jilbab lahir dari konsep tentang kecantikan dan keindahan berstandar tinggi, bahkan ilahiah. Juga karena inilah kita bisa mengerti dan memaklumi adanya tuntutan agar pemakai jilbab harus punya spiritual quotient yang special ! Tidak saja anggun jilbabnya juga santun dan mewah akhlaknya, saya rasa semua pihak menerima ini sebagai titik ideal.

Dalam hukum Islam -setidaknya yang mewajibkan penggunaan jilbab- urusan jilbab dapat dipandang sebagai syarat berbusana seorang wanita, yang tidak secara otomatis menyulap pemakainya menjadi wanita berakhlak indah, itu masih perlu banyak pembuktian yang lain. Maksud saya begini ; kalau ada dua wanita pencuri, yang satunya berjilbab dan yang lain tidak berjilbab, maka bobot dosanya berbeda. Pencuri berjilbab melanggar satu larangan yaitu mencuri, sedangkan yang tidak berjilbab melanggar dua larangan yaitu mencuri dan tidak berbusana dengan baik.

Abad ke 7 adalah abad dimana awal perintah berkerudung/berhijab, dalam konteks abad ke 7 di semenanjung Arabia, kondisi sosial masyarakat jauh dari pengaruh peradaban dua imperium besar yaitu Romawi dan Persia.(lihat: sejarah Muhammad, M Husein Haekal) Hal ini sebagai dampak dari geomorfologi Arab yang terpencil dan terkukung dari pegunungan dan padang pasir, hal ini berdampak pada pengaruh budaya yang cukup kecil terjadi, sehingga apa yang dikembangkan oleh masyarakat masih sesuai dengan doktrin yang ada di lingkungan masyarakat Arab. Jilbab/Hijab/Kerudung sebagai sebuah hasil pemahaman atas dalil agama juga belum mengalami perubahan akibat pengaruh dua pusat kebudayaan dan masih sesuai dengan makna, dan ketentuanya, yang dimaksud disini sesuai dengan dalil adalah Jilbab/Hijab/Kerudung berarti: kain penutup kepala sehingga kain menjulur hingga dada. Hal ini dapat ditarik sebuah pengetian bahwa masyarakat pendukung kebudayaan Jilbab/Hijab/Kerudung pada awalnya masih memegang teguh ketentuan-ketentuan dalil tentang Jilbab/Hijab/Kerudung, dan belum terfikirkan untuk merubah makna Kerudung/Hijab/Jilbab. Pasca islam pada abad ke 9-12 mengalami perkembangan dan persebaran mengalami akulturasi dengan kebudayaan lainya, misalnya di sebagaian Negara timur-tengah berkembang model Jilbab/Hijab/Kerudung dengan cadar, burqa, niqop, dan masker, kemudian berkembang pula di Nusantara atau Melayu abad 19 Jilbab/Hijab/Kerudung selendang yang tidak menutupi penuh kepala, dan hanya di selampirkan. di kawasan timur juga berkembang Jilbab/Hijab/Kerudung dengan motif hiasan tertentu sesuai dengan konteks lingkunganya, tidak sebatas polos tanpa motif, dan lain sebagainya. Hal ini menggambarkan bahwa ada sebuah perkembangan dalam berupaya untuk menafsiakan Jilbab/Hijab/Kerudung. Faktorya tentu banyak, hal ini terkait dengan kondisi sosial budaya, lingkungan, dan pemahaman atas dalil agama.

Singkatnya dalam konteks kondisi sosial-budaya misalnya: pendapat yang masih menjadi perdebatan para ahli, bahwa khusunya di Jawa pada abad 19, masih sedikit masyarakat yang memakai Jilbab/Hijab/Kerudung sesuai ketentuan dalil, hanya sebatas selendang yang diselampirkan di kepala, hal ini sebagaian berpendapat bahwa, hal ini sebagai dampak pola penyebaran agama islam yang dilakukan oleh Wali Songo, yang sangat toleran dengan budaya lokal, sehingga pada waktu itu Wali Songo baru menyampaikan masalah Teologis belum sampai pada masalah fiqih Jilbab/Hijab/Kerudung, karena menyadari bahwa hal ini akan merubah budaya berpakaian masyarakat jawa yang sangat mencolok. Contoh lain dalam konteks kondisi lingkungan alam: misalnya pada masyarakat di Melayu, yang memakai Jilbab/Hijab/Kerudung dengan bahan dan motif yang lebih variatif, hal ini menggambarkan kondisi bahan baku Jilbab/Hijab/Kerudung, yang sesuai dengan kondisi sumber daya alam masyarakat pendukungnya. Dan contoh yang terakhir adalah perubahan Jilbab/Hijab/Kerudung karena pemahaman dalil agama yang menyebabkan berubahanya Jilbab/Hijab/Kerudung. Misalnya saja Cadar yang masih menjadi perdebatan para ulama dalam hal keharusanya memakai.

Dari semua proses dari awal pemahaman manusia atas dalil agama yang menyebutkan keharusan berkerudung/berhijab, hingga abad selanjutnya dalam proses perubahan Jilbab/Hijab/Kerudung dapat dimaknai bahwa manusia pendukung budaya materi Jilbab/Hijab/Kerudung memiliki pola fikir pada dimensi Jilbab/Hijab/Kerudung sebagai sebuah benda materi sacral, karena ini adalah perintah Alloh, sehingga tidak ada inovasi yang berarti, jika ada hal ini disebabkan karena factor-faktor yang sebenarnya bukan melenceng dari anggapan kesakralan itu sendiri, ini hanya terkait dengan factor teknis saja, belum beranjak pada masalah pergeseran ideologi.

Sejarah perkembangan hijab

Sejarah Perkembangan Hijab dari Bangsa Kuno Hingga Pasca Islam

Advertisement

Sejarah Perkembangan Hijab Bangsa Kuno Selain Arab Jahiliah - Hijab telah dikenal oleh berbagai bangsa dan masyarakat Timur kuno sejak dahulu. Bentuk hijab yang dikenal oleh bangsa- bangsa tersebut sangat beragam. Hijab yang dikenal oleh wanita Yunani kuno berbeda dengan hijab yang dipakai oleh wanita Romawi dan Arab Jahiliah. 
Menurut Eipstein konsep hijab dalam arti menutup kepala sudah di kenal sebelum datangnya agama-agama samawi (Yahudi, Nasrani dan Islam). Tradisi penggunaan kerudung yang merupakan bagian dari hijab, sudah dikenal dalam hukum kekeluargaan Asyiria. Hukum ini mengatur bahwa istri, anak perempuan, janda, bila bepergian ke tempat umum harus menggunakan kerudung. Bahkan lebih jauh lagi ketika Adam dan hawa di turunkan ke bumi maka persoalan pertama yang dialami ialah bagaimana menutup kemaluan (aurat) (QS Thoha:121) (baca: pandangan ulama tentang hijab).
Adanya perhatian agama-agama samawi terhadap hijab dapat di ketahui dalam Taurat-perjanjian lama yang di penuhi oleh ayat- ayat yang berkenaan dengan hijab, kemudian di tetapkan oleh Isa Al-Masih manakala ia datang membawa injil-perjanjian baru. Banyak sekali ayat-ayat taurat dan injil yang menetapkan bahwa wanita pada zaman itu harus memakai hijab dan cadar.
Dalam hijab, Injil pasal kejadian, ayat 65, bagian 24 disebutkan : “Ia berkata kepada hamba-Nya : Siapa laki-laki yang berjalan menuju taman berjalan menuju kita? ‘Hamba itu menjawab : “Dia adalah tuanku.maka Maryam mengambil tudung dan menutup dirinya”. “Maha Ishaq memasukkan Maryam kepada khaba’. milik ibunya, kemudian ia memuliakannya.dan akhirnya wanita itu menjadi istri yang di cintainya. 
Hijab merupakan tradisi bagi Yunani dan Romawi sebelum datangnya Islam beratus-ratus tahun sebelumnya. Hijab memiliki peran yang penting dalam masyarakat Yunani, peradaban Yunani dapat hidup betahan lebih lama selama wanitanya masih mempertahankan tudung dan hijabnya. Akan tetapi akhirnya peradaban yang maju itu mengalami kemerosotan dan kemunduran karena wanitanya dibiarkan bebas mutlak untuk melepaskan hijabnya dan mereka boleh mengerjakan apa saja, termasuk pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh kaum laki- laki, demi kebebasan.

Sejarah Perkembangan Hijab
Al-Allamah Larus mengungkapkan pendapatnya tentang pentingnya hijab: “Dahulu para wanita mengenakan kerudung bila hendak keluar. Mereka menutupi wajah-wajah mereka. Dan kain penutup wajah itu kni terbuat dari kain tenun tipis yang dipakai untuk melindungi wajah mereka dari debu dan embun. Manakala, wanita Romawi tidak memakai hijab lagi dan mulai meninggalkan rumahnya, Imperium Romawi mengalami kemunduran hebat yang mengakibatkan runtuhnya Imperium Romawi yang besar itu.

Minggu, 20 November 2016

Artikel hijab modern

Berjilbab Modern Dan Simple. Cara berjilbab segi empat  modern menjadi bahan kreasi trend modis, seorang muslimah sejati tentu  mempunyai eksitensi dalam hal dan cara berjilbab di era modern seperti ini. Dengan perkembangan jaman seperti ini kita harus punya jiwa muslimah yang kuat untuk jati diri sendiri.



Banyak cara-cara mengkreasikan jilbab supaya menjadi trendy, sama seperti pakaian dan fashion, dan tidak ribet dengan terpengaruh banyak aksesoris pada jilbab ataupun kerudung, tak masalah dengan lekukan wajah anda bulat ataupun lekukukan diujung tirus dagu. Ini adalah jilbab alternatif baru untuk kalian hijabers, apalagi menjelang puasa dan hari raya dimana semua muslimah mengenakan kewajibannya dalam  berjilbab.
Siapa yang tak ingin cantik dan menarik di hadapan sanak family, pasti semua juga mau dong.dan berikut saya beberkan tips keterangan dan cara memakai  jilbab trendy terbaru agar tampil cantik nanti di hari lebaran. Untuk  lebih jelasnya silakan ikuti urutan berikut ini:

  1. Gunakan ciput ninja dan tumpuk dengan ciput biasa, lalu siapkan kerudung paris segi empat yang dilipat sepertiganya.
  2. Pasang kerudung paris segi empat dengan panjang sisi kanan dari kiri sama, ambil bagian belakang kerudung dan letakan di depan dada.
  3. Tarik kerudung ke belakang leher, lalu sematkandengan jarum pentul, sisanya tarik menjadi satu ke depan dada.
  4. Amdil bagian kerudung yang  ada di bagian dada.
  5. Letakan bagian kerudung di pincak kepala, lalu sematkan jarum pentul.
Berhijab mudah simpel dan modern tentu akan memicu dan memancarkan kecantikan luar dalam yang membuat setiap mata memandangnya akan kagum. Namun jangan salah, semua kecantikan wajah ada dalam diri muslimah dari  seberapa mampukah  ia menjaga dan menjadikankecantikan itu sebagai citra  diri pribadi yang teramat mulia. Termasuk  dalam tata cara memakai jilbab ia kenakan dalam  keseharianya, di tempat umum maupun di  keluarga dan lingkungan lainnya.

Perkembangan trend jilbab di Indonesia

Pada zaman terdahulu, wanita yang memakai jilbab sering dikatakan jadul karena model jilbab yang kurang sedap di pandang mata dan terlihat begitu kedodoran. Namun karena perkembangan jaman yang sudah modern, fashion jilbab juga turut berubah sangat cepat dan pesat. Sehingga anda sebagai wanita muslimah bisa memilih model hijab yang sesuai dengan kebutuhan. Wanita berhijab akan terlihat modis dan cantik dengan penutup kepala karena model hijabnya yang beraneka ragam, mulai dari gaya simple sampai gaya ribetpun turut disuguhkan. Fungsi jilbab menurut Islam adalah untuk menutup aurat wanita agar kaum hawa terlindungi dari hal yang tidak diinginkan, seperti yang sudah dijelaskan dalam kitab suci umat Islam, yaitu alquran. Pada abad 9 sampai 12 masehi, penggunaan jilbab dipengaruhi oleh kultur kebudayaan masing-masing wilayah atau negara. Misalnya dinegara timur tengah wanita yang memakai jilbab biasanya menggunakan tambahan cadar, masker dan burqa. Akan tetapi pada awal abad ke-19, saat Islam sudah dapat diterima oleh rakyat nusantara, mulai timbul pemahaman tentang penggunaan jilbab sedikit demi sedikit.

Perkembangan trend jilbab di Indonesia, terdiri dari dua, yaitu:

Perkembangan pada jaman islam baru masuk di Indonesia
Fungsi jilbab tidak hanya sebatas dalam fungsi teknisnya saja, akan tetapi jilbab juga merupakan sebuah identitas bagi si pemakainya. Abad ke 7 adalah abad dimana awal perintah berhijab. Berjilbab pada jaman ini sebagai sebuah hasil pemahaman atas dalil agama, dan yang dimaksud sesuai dengan dalil adalah jilbab yang diartikan sebagai kain penutup kepala sehingga kain menjulur hingga dada. Para masyarakat pendukung kebudayaan berhijab pad amasa ini masih memegang teguh ketentuan-ketentuan dalil dan elum terfikirkan untuk merubah makna dari hijab itu sendiri. Kemudian pada abad 9 sampai 12 masehi, penggunaan jilbab dipengaruhi oleh kultur kebudayaan masing-masing wilayah atau negara. Sedangkan perkembangan jilbab pada abad ke-19 terlihat tidak menutupi penuh kepala, dan hanya di selampirkan, selain itu seiringnya dengan waktu pada jilbab juga terdapat banyak motif atau hiasan tertentu sesuai dengan konteks lingkungan.
Berkreasi dengan hijab agar mengasilkan tampilan cantik dan stylish sebenarnya tidak dilarang asalkan masih mengikuti syariat-syariat dalam agama.
Perkembangan pada jaman modern
Berbeda dengan jaman terdahulu, karena sudah banyaknya desainer hijab yang bermunculan di nusantara. Sehingga banyaknya model jilbab yang sesuai dengan trend dan dapat dikatakan trend fashion pada zaman modern. Berbagai jenis jilbab yang sering dijual antara lain jilbab segi empat, segi tiga, atau jilbab praktis langsung pakai. Banyaknya pilihan tersebut sebenarnya juga dapat memudahkan anda dalam menentukan pilihan serasi dalam berbusana. Selain beberapa model jilbab diatas. model jilbab modern juga banyak disesuaikan dengan kreativitas desainer maupun produsennya antara lain:
  • Jilbab bergo, jilbab langsung pakai yang disertai detil seperti tali atau aksesoris lainnya, sehingga terlihat lebih cantik dan trendy.
  • Jilbab lengan yaitu jilbab yang didesai seperti model baju. Jika anda mengenakan baju pendek sebagai dalaman jilbab model lengan dapat dijadikan pilihan yang tepat untuk dikenakan.
  • Jilbab panjang, jenis jilbab ini dapat anda pakai sesuai selera atau keinginan mau yang berukuran panjang sedang atau dengan ukuran panjang pendek.
  • Jilbab hoodies adalah model terbaru yang sedang trend. Model ini dapat juga anda dapatkan dari kreasi jilbab model segi empat atau persegi panjang yang didesain sedemikian rupa sehingga tampilannya tidak monoton dan lebih menarik.
  • Jilbab lilit yaitu hampir sama dengan jilbab hoodies, perbedaannya dapat anda lihat dari modelnya yang bersifat tidak permanen, sehingga anda bisa mengkreasikannya sendiri sesuai dengan kenyamanan dan keinginan anda.
Nah itulah metamorfosis trend jilbab dari jaman terdahulu sebelum islam berjaya sampai pada era modern sekarang ini. Demikianlah artikel mengenai perkembangan trend jilbab di Indonesia yang dapat saya berikan. Semoga dapat bermanfaat serta menambah pengetahuan anda tentang perkembangan islam yang sesungguhnya di Indonesia.

Pandangan mata tentang hijab di zaman modern

 Hijab, dahulu kita belum terlalu akrab dengan kata ini. Kita lebih sering mengenal kata jilbab. Jilbab merupakan salah satu jenis pakaian muslimah yang dipadukan dengan busana muslim atau busana panjang lainnya. Menggunakan jilbab pada dasarnya adalah kewajiban bagi wanita muslim. Meski masih banyak wanita muslim yang belum menggunakan jilbab. Jilbab dari masa ke masa akhirnya mengalami perkembangan bila ditinjau dari segi fashion. Berkat perkembangan inilah, sebutan 'hijab' menjadi lebih populer. Hijab memiliki ciri fashion yang lebih kental dibandingkan jilbab pendahulunya. Sebelum berkembangnya dunia mode muslimah dalam 2-3 tahun terakhir, jilbab terkesan lebih sederhana dan apa adanya. Sementara hijab masa kini, tidak butuh waktu lama untuk mengeluarkan kreasi baru, gaya atau motif baru dan trend terbaru. Selalu ada perbedaan pendapat mengenai hijab kini dan dulu. Banyak yang mengatakan bahwa hijab masa kini sudah mulai melupakan dasar-dasar hijab yang syar'i. Misalnya warna-warna pakaian pastel yang cerah dan kreasi-kreasi jilbab yang unik dan masih memakai pakaian yg ketat walaupun pakai hijab. Ada yang berpendapat bahwa kreasi hijab masa kini baik karena bisa membuat banyak wanita muslim ingin menggunakan jilbab? Tahun 90'an, Indonesia sempat memiliki gaya jilbab zaman dulu. Yakni dengan menggunakan ciput dan kerudung bersanding dengan gaya simple, gaya hijab semacam ini menjadi salah satu yang menutupi aurat tetapi bagi kaum remaja ini terlihat kuno. Selanjutnya, sempat populer di tahun 2000-an jilbab yang tadinya terulur, diikat di bagian leher sehingga nampak lebih ringkas. Sempat populer selama beberapa masa. Jilbab ini sering digunakan oleh para artis dan akhirnya ditiru oleh banyak orang. Sedangkan mereka tidak memenuhi syar’i karena tidak menutupi bagian dada mereka. Gaya hijab yang penuh warna dan penuh kreasi adalah hijab yang trend dalam 2 tahun terakhir. Terutama anak muda yang senang dengan hal-hal yang baru dan fashionable. Gaya hijab saat ini tidak hanya bermain dengan kreasi jilbab, namun juga pakaian yang semakin beraneka ragam. Begitu modern dan cantiknya gaya hijab ini sehingga banyak wanita yang senang menggunakannya. Meski masih sering dipertanyakan ketepatan syar'i-nya karena menggunakan kreasi jilbab, namun banyak yang menganggap ini hanya merupakan ide yang baik untuk menggugah banyak wanita muslimah berhijab. Apakah benar banyak perempuan pada zaman ini yang hanya mengikuti trend hijab saja atau dasar niat hati mereka? Saya membuktikan dengan survey wawancara kepada beberapa orang sekililing saya yang menggunakan hijab di para remaja khusunya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/vitaranurel/pandangan-mata-tentang-hijab-di-zaman-modern_54f751e2a333119e348b45ba